Sabtu, 07 November 2009

KESALEHAN BUDAYA

Oleh Sahrul Mauludi


Barang siapa mengajak pada sunnah yang baik, maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka yang mengikutinya (HR. Muslim)
Serbuan budaya yang tengah terjadi di dunia kita dewasa ini sungguh menimbulkan kekhawatiran bila melihat kepada dampak-dampak negatifnya, khususnya bagi para generasi muda. Apalagi yang terjadi ini sesungguhnya adalah kepincangan budaya (cultural lag) dimana posisi Negara-negara maju menjadi sumber budaya pop (pop culture) yang dengan leluasa menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke Indonesia. Lalu dengan tanpa sikap selektif, generasi muda kita menerimanya begitu saja.
Tanpa adanya filterisasi, derasnya arus informasi dan kebudayaan ini dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap cara berpikir, etika, dan pola hidup. Yang paling berbahaya diantaranya adalah derasnya budaya materialisme, hedonisme dan permisifisme. Budaya semacam ini sangat berbahaya karena dapat meruntuhkan tatanan etika, moral dan kehidupan sosial kaum Muslim untuk jangka panjang. Dan celakanya, proses ‘infiltrasi’ ini berjalan secara tanpa disadari, seperti disinyalir oleh Nabi bahwa kita mengikuti kebudayaan orang lain sedikit demi sedikit sampai “masuk lubang biawak”. Artinya proses tersebut berlangsung secara perlahan, tetapi tanpa disadari telah berjalan terlalu jauh sampai-sampai ikut-ikutan terhadap hal-hal yang buruk dan merusak.
Dalam menghadapi kondisi demikian, apa yang perlu kita lakukan adalah terus menerus menciptakan identitas budaya yang baik, yang memungkinkan terjadinya pemantapan pola pikir, sikap dan kepribadian Muslim. Karena melalui kemantapan identitas itulah, seorang Muslim memiliki prinsip yang tegas dan tidak akan mudah ikut-ikutan.
Kita membutuhkan kesalehan budaya yang menguatkan dan mendorong setiap individu Muslim untuk beramal saleh di tengah-tengah kondisi kehidupan yang semakin kompleks. Dan hal ini sesuai dengan pengertian budaya itu sendiri, dimana menurut Abdul Hadi W.M kebudayaan adalah upaya manusia menggunakan akal budinya untuk mengembangkan dan memelihara kehidupan rohani, jiwa dan sosialnya. Karena itu dalam konteks ini, penciptaan budaya bagi Muslim adalah demi membangun dan memelihara kehidupan rohani, jiwa dan sosialnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kebudayaan harus dijiwai oleh tauhid dan penghormatan terhadap nilai-nilai moral dan spiritual manusia yang justru telah banyak dirusak oleh modernisme. Dalam hal ini Ismail Raji al-Faruqi menunjukkan urgensi tauhid, yaitu: 1) Kehadiran Tuhan mengisi kesadaran Muslim dalam waktu kapan pun; 2) Merangkum segala keragaman, kekayaan dan sejarah, kebudayaan dan pengetahuan.
Untuk mendukung penciptaan budaya yang baik ini, Nabi menggembirakan kita bahwa siapapun yang menciptakan sunnah, budaya atau tradisi yang baik maka akan mendapatkan pahala sebanyak orang-orang yang mengikutinya. Artinya budaya tersebut tercipta secara melembaga dalam masyarakat dan menjadi sistem yang diikuti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar